Sabtu, 30 Mei 2015

Laut China Selatan Bisa Jadi Konflik Paling Mematikan

Laut China Selatan Bisa Jadi Konflik Paling Mematikan
Pesawat mata-mata P8-A Poseidon milik AS. (US Navy)

Menteri Pertahanan Malaysia Hishammuddin Hussein, Sabtu, 30 Mei 2015, mengatakan sengketa Laut China Selatan bisa menjadi salah satu konflik paling mematikan, yang pernah terjadi dunia.

Berbicara pada para delegasi pada forum pertahanan Shangri-La Dialogue di Singapura, Hishammuddin mengatakan tantangan global baru muncul dari konflik lama, menyerukan dipatuhinya hukum di wilayah yang diperebutkan.

"Jika kita tidak hati-hati, itu akan meningkat menjadi konflik paling mematikan di masa kita, jika bukan sepanjang sejarah," kata Hishammuddin yang dikutip oleh laman Channel News Asia.

Dia memperingatkan, hanya karena terlihat damai di kawasan, tidak berarti menghalangi munculnya prospek konflik. Amerika Serikat (AS) dan China, telah menyuarakan pandangan mereka yang bertentangan secara terbuka.

AS menuding reklamasi China di Laut China Selatan, sebagai aktivitas yang mengkhawatirkan, sementara China bersikeras apa yang mereka lakukan, adalah bagian dari kedaulatan negaranya.

Beijing mengatakan telah menahan diri, menyebut AS berkontribusi atas meningkatnya ketegangan di kawasan. Hishammuddin mengatakan semua pihak harus bertanggungjawab, untuk menjaga perdamaian dan stabilitas.

"Retorika berapi-api tidak akan memberi kebaikan bagi negara mana pun. Itu mungkin terlalu optimis untuk meyakini, bahwa kita bisa mencegah konflik dan eskalasinya dari waktu ke waktu," ucapnya.

Dia menambahkan bahwa negara-negara dapat bertindak, sesuai dengan apa yang mereka anggap pantas di wilayah kedaulatannya, namun harus mewaspadai konsekuensi dari keputusan mereka.

"Dunia ini tidak dapat menanggung konflik global lainnya. Dunia ini tidak dapat menanggung lebih banyak ketidakjelasan, ketidakstabilan, kematian dan kerusakan," ujarnya.
 

Mengenal Batalyon Banteng Raider

 
image
Indonesia memiliki 18 Pos perbatasan dengan Papua New Guinea yang harus diamankan termasuk oleh Yonif 400/Raider (Banteng Raider), yaitu Pos Komando Taktis (Arso Kota) Perwakilan/Kalan (Abepura), Pos Komando Utama (Arso Tami). Didalam wilayah pos tersebut terdapat 3 (tiga) Kompi yaitu Kompi A terletak di Kp. Wembi dan membawahi 4 pos yaitu Pos Udara Bewan Baru, Pos Kaliasin, Pos Kaliup, Pos Km76. Kompi B terletak di Kp. Kalipay dan membawahi 3 pos yaitu Pos Ampas, Pos Waris, Pos Kalibom. Kompi C terletak di Kp. Yabanda dan membawahi 3 pos yaitu Pos Yabanda Lama, Pos Kalipao, Pos Kalilapar.
Selain menjaga perbatasan, tugas mereka juga untuk membangun wilayah tersebut, tentu dengan kapasitas yang mereka miliki.
“Sesulit apapun kondisi di wilayah penugasan, itu bukanlah suatu halangan bagi prajurit 400/Raider, hal tersebut seperti layaknya semboyan Raider yaitu Banteng Raider Pantang Mundur”, ujar Komandan Satgas (Dansatgas) Yonif 400/Raider Letkol Inf Heri Bambang Wahyudi, dalam kunjungannya ke perbatasan RI-PNG, pertengahan Mei 2015.
Dalam setiap peninjauannya, Dansatgas Yonif 400/Raider selalu melakukan pengecekan kebersihan pos, mulai dari dapur, kamar tidur, kamar mandi, lingkungan pos, penampilan anggota mulai dari cukuran rambut sampai kerapihan pakaian, termasuk kebersihan senjata perorangan. Selain itu, Dansatgas juga mengapresiasi kepada prajurit yang aktif dan kreatif melaksanakan kegiatan pembuatan rak tanaman untuk sayuran, pembuatan lahan tidur menjadi kebun sayur, melaksanakan kegiatan karya bhakti, membantu mengajar di sekolah, melaksanakan pengobatan ke rumah-rumah saat patroli, dan melatih masyarakat bermain bola voly.
image
image
Komandan Satgas mempunyai peranan yang sangat penting karena harus bisa mengatur semua kegiatan pos-pos Satgas yang sudah dibuat dengan berpedoman pada tugas pokok Satgas Pamtas, ini tidak mudah sehingga setiap awal dan akhir bulan Komandan Satgas selalu melaksanakan pengecekan ke pos-pos satgas yang ada di bawah komandonya.
“Setiap hari komandan selalu memonitor kegiatan dan kondisi kesehatan melalui komunikasi radio, ini sebagai bentuk perhatian komandan terhadap anak buah karena yang terpenting adalah kegiatan terlaksana dengan mempertimbangkan faktor taktis dan keamanan, namun yang terpenting adalah kondisi anggota di pos harus selalu sehat dan aman”, kata Letkol Inf Heri.
Batalyon Yonif 400/Raider atau lebih dikenal dengan sebutan BR (Banteng Raider) merupakan salah satu Batalyon Pemukul dari Kodam IV/Diponegoro yang mendapatkan kepercayaan untuk melaksanakan tugas pengamanan perbatasan wilayah RI-PNG, bersama 450 prajurit lainnya, diterjunkan untuk bertugas di wilayah Arso Kota sampai dengan Yabanda.
image
image
Satgas Yonif 400/Raider merupakan satuan dibawah Brigif 13/1 Kostrad, dimana Brigif 13/Kostrad merupakan Komando Sektor Utara Satgas Pamtas RI-PNG yang bertugas melaksanakan operasi pengamanan perbatasan di sepanjang perbatasan darat RI-PNG, mulai dari Patok Batas Negara MM-1 s.d MM-7.2 untuk melaksanakan patroli keamanan, mencegah kegiatan illegal dan melaksanakan kegiatan teritorial.
Brigif 13/1 Kostrad membawahi 3 Batalyon tempur yang digelar sepanjang perbatasan RI-PNG di wilayah sektor utara, Yonif 323 di sepanjang sektor pengamanan perbatasan Batalyon mulai dari Skouw sampai dengan Bewan Lama,Yonif 400/ Raider di wilayah Arso Kota sampai dengan Yabanda, dan Yonif 133 mulai dari Kalimao sampai dengan Iwur.

Puspen TNI

Australia Ingin Bongkar Senjata Pindad

 
SS2 V4 Pindad
SS2 V4 Pindad

Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan ada kejadian tidak mengenakkan ketika perwakilan TNI AD mengikuti perlombaan menembak di Australia pekan lalu. Dalam perlombaan Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM) itu, tim TNI AD menang telak mengalahkan Australia, Amerika, dan sejumlah negara Eropa. TNI AD mengantongi 30 medali emas dari 50 medali yang diperebutkan.
“Karena perbedaan perolehan medali yang begitu mencolok, panitia Australia hendak membongkar senjata kami,” kata Gatot kepada wartawan di Markas Besar TNI AD, Jakarta, Jumat, 29 Mei 2015.
Namun Gatot menolak memberikan izin kepada panitia lomba membongkar senjata-senjata yang dipakai perwakilan TNI AD. Jika panitia lomba hendak membongkar senjata TNI, Gatot pun meminta senjata semua peserta juga dibongkar.
Jenderal Gatot pun membantah isu yang menyatakan bahwa peserta lain dalam lomba tersebut mengalah untuk Indonesia. Menurut Gatot, kehormatan negara dan kesatuan militer para peserta dipertaruhkan dalam lomba tersebut. Dengan demikian, mustahil jika ada perwakilan negara tertentu yang pura-pura kalah. “Apakah Marinir Amerika Serikat mau mengalah dalam lomba menembak? Tentu tidak,” ujarnya.
Salah satu anggota kontingen TNI AD, Sersan Dua Misran, juga mengatakan bahwa Australia dan negara peserta lainnya kaget melihat perwakilan Indonesia memborong medali. Menurut Misran, panitia lomba mencurigai ada kecurangan dalam spesifikasi pistol G2 dan senapan serbu SS2 V4 buatan PT Pindad Persero yang dipakai personel TNI AD. “Padahal spesifikasi kami sama dengan senapan M-16 buatan Amerika Serikat yang dipakai juga di lomba itu,” tutur Misran.
Sebelumnya, dalam lomba bertajuk Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM), perwakilan Indonesia mampu mengalahkan tim tuan rumah, Amerika Serikat, dan Inggris dengan nilai telak.
Pada klasemen akhir, kontingen Indonesia berhasil mendapat 30 medali emas, 16 perak, dan 10 perunggu. Sedangkan Angkatan Darat Australia, yang duduk pada posisi kedua, mengantongi 4 medali emas, 9 perak, dan 6 perunggu. Perwakilan Amerika Serikat yang bertengger pada posisi ketiga mendapat 4 medali emas, 1 perak, dan 2 perunggu.
Dalam lomba tersebut, TNI AD menurunkan 14 prajurit terbaiknya yang berasal dari kesatuan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) dan Komando Cadangan Strategis (Kostrad). Lima staf dan dua tenaga ahli dari PT Pindad juga ikut serta menemani 14 prajurit TNI AD.
Tempo.co

Jenderal Terkenal dari Laos Ini Dulu Dilatih Kopassus

Jenderal Kong Le (ist)
Jenderal Kong Le (ist)

Inilah Jenderal Kong Le, seorang prajurit tangguh yang memiliki jasa besar terhadap negerinya dari invasi Viet Minh, pasukan komunis Vietnam di bawah kepemimpinan Ho Chi Minh. Dia anggota Angkatan Darat Kerajaan Laos, dan bergabung bersama pasukan payung.
Ketangguhannya dalam menjalani pertempuran membuatnya diberi kepercayaan untuk memimpin Batalion Parasut ke-2. Pasukan yang dipimpinnya ini memiliki pengalaman tempur dengan pasukan Viet Minh dalam rentang tahun 1959 dan 1960.
Kong Le bergabung dengan Angkatan Darat Kerajaan Laos pada pertengahan 1951, tidak lama setelah menyelesaikan pendidikan formalnya. Kemampuan bela diri membuatnya didaftarkan ke dalam Sekolah Kandidat Perwira angkatan ketiga di Dong Hene, Kamboja.
Penugasan pertama diberikan setelah OCS menempatkannya bersama Kapten Ouane Rattikone di Luang Prabang. Kemudian, dia dikirimkan untuk mengikuti pelatihan Ranger Intai di Fort William McKinley, Filipina pada 1957. Sekembalinya dari sana, dia langsung bergabung bersama Batalion Parasut ke-2.
Selain berlatih perang di Filipina, ternyata Kapten Kong ini juga pernah dilatih oleh Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha, kini Kopassus). Hal ini diungkap Luhut Pandjaitan kepada Hendro Subroto dalam bukunya ‘Para Komando: Perjalanan Seorang Prajurit’ terbitan Kompas.
“Korps Baret Merah mendidik pasukan Republik Kamboja maupun pasukan Pemerintah Laos untuk memperoleh kualifikasi para dan komando. Salah satu siswa komando dari Laos adalah Kapten Kong Le, kemudian hari menjadi seorang jenderal karismatik dalam memimpin Laos.”
Setelah mendapatkan mandat untuk memimpin sebuah batalion, Kong Le memimpin sebuah pemberontakan terhadap Raja Laos. Dia dan pasukannya memimpin sebuah pemberontakan pada 10 Agustus 1960 untuk menjatuhkan pemerintahan Laos. Kepada rakyatnya, dia menyebut tindakannya ini untuk memberangus korupsi di tubuh pemerintah dan untuk mengejutkan para perwira AS. Tak hanya itu, dia juga menuding kebijakan AS jadi penyebab kekacauan di Laos.
Namun, aksinya ini dapat diberangus dengan cepat pada 14 Desember 1960, oleh Jenderal Phoumi Nosavan. Kong Le, yang kemudian mengangkat dirinya sebagai Mayor Jenderal, bersama pasukannya melarikan diri hingga ke lokasi strategis bernama Plain of Jars. Di sana dia melakukan perekrutan baru, serta mendirikan Pasukan Bersenjata Neutraliste, dan menyebabkan Laos terlibat dalam perang saudara.
Setelah menjalani pertempuran panjang, kemampuan pasukannya ternyata tak mampu menandingi pasukan Kerajaan Laos. Tak hanya itu, mereka juga menghadapi masuknya sejumlah pasukan Vietnam Utara yang melintasi markas utamanya. Berbagai kekalahan lantas membuatnya melarikan diri dari Laos pada 17 Oktober 1966.
Sepanjang pelariannya, dia pernah bersembunyi di Indonesia, Hong Kong, AS. Dia menghembuskan napas terakhirnya saat berada di Prancis, awal tahun lalu.(Merdeka)

TR2400: Tactical Radio Infanteri TNI AD dengan Kemampuan Hybrid Analog Digital

IMAG1389
Selain bekal strategi perang yang mumpuni, senjata yang handal, dan mental personel yang kuat, harus diakui faktor penting yang jadi penentu keberhasilan dalam pertempuran infanteri adalah sistem komunikasi. Dan bicara sistem komunikasi pada lingkup infanteri, khususnya pada level pleton dan regu maka tak bisa dipisahkan dari keberadaan tactical radio (radio taktis) yang biasa dibawa dengan ransel (manpack) oleh prajurit operator radio.
Menyadari komunikasi antar satuan tempur begitu vital, infanteri di lingkungan TNI AD, TNI AL (Marinir), dan TNI AU (Paskhas) akrab dengan keberadaan tactical radio. Salah satu jenis tactical radio yang legendaris adalah AN/PRC-77. Radio ini pertama kali digunakan pada tahun 1968, dan langsung dioperasikan oleh GI (tentara AS) di Perang Vietnam. PRC-77 merupakan pengembangan dari seri AN/PRC-25, dimana tambahan kemampuan PRC-77 mencakup pada kekuatan amplifier, dukungan enkripsi voice, dan penggunaan vacuum tubes.

65113742
Meski sudah usianya sudah sangat tua, hingga kini PRC-77 yang mengandalkan teknologi analog masih dioperasikan di beberapa satuan TNI AD. Namun, sesuai tuntutan jaman, tactical radio jenis yang lebih baru pun sudah digunakan di lingkungan TNI AD, khususnya di Divisi Infanteri Kostrad. Yakni tactical radio TR2400 buatan Saab Grintek Communication Systems, Afrika Selatan. Dibanding PRC-77, TR2400 yang lebih modern punya banyak keunggulan, dari tampilan interface-nya sudah dilengkapi panel digital untuk beragam fungsi yang memudahkan operator.
Dari golongannya, TR2400 masuk dalam segmen HF (high frequency) transceiver yang berjalan di frekuensi 1,6 – 30 Mhz. Tactical radio ini menawarkan teknologi digital signal processing (DSP) untuk frekuensi tinggi hopping. Frekuensi Hopping adalah teknik lama yang diperkenalkan pertama kali dalam sistem transmisi militer untuk menjamin kerahasiaan komunikasi dan jamming tempur. Frekuensi Hopping adalah mekanisme di mana sistem perubahan frekuensi (uplink dan downlink) selama transmisi secara berkala. Hal ini memungkinkan saluran RF yang digunakan untuk pensinyalan kanal (SDCCH) timeslot atau saluran lalu lintas (TCH) timeslots, untuk mengubah frekuensi setiap frame TDMA (4,615 ms). Beberapa unggulan fitur radio ini adalah:
• Komunikasi dual band (FM dan AM ground to air/OTA). Komunikasi antar darat dan laut pada modulasi VHF 30 – 55 Mhz. Dengan kemampuan komunikasi ground to air, operator TR2400 dapat menjalankan peran pemandu tembakan dari pesawat tempur. Istilah dalam militer disebut sebagai ground FAC (forward air control).
• Multi role dan full military spec, dapat digunakan dalam berbagai medan operasi, dapat di adopsi mulai dalam moda manpack (radio panggul), base station, kendaraan taktis, ambulance, dan kapal laut.
48963780
• Multi mode, baik analog dan digital voice. Dilengkapi fitur komunikasi konvensional dengan suara analog maupun digital. Saat menggunakan kanal analog, juga dilengkapi sistem pengacak analog (AVS)
• Dilengkapi sistem pengamanan, berupa frekuensi hopping dengan kecepatan 100 hope per detik. Selain itu, TR2400 dibekali sistem pengacakan (encryption).
• Untuk mengetahui lokasi dan pergerakan radio lawan, ada fitur GPS (Global Positioning System) Blue Force Tracking.
TR2400-1
• Kemampuan daya pancar minimum 1 watt dan maksimum 10 watt dengan ketahanan selama delapan jam untuk menerima/standby. Sementara kemampuan untuk memancar hingga dua jam.
• Saat digunakan dalam manpack, daya yang digunakan 25 watt, sementara bila digunakan pada kendaraan dengan daya 100 watt. Konfigurasi sebagai base station hingga 320 watt.
• Tahan digunakan dalam lingkungan ekstrim dengan rentang suhu -30 hingga 70 derajat Celcius.
• Tahan di dalam air hingga kedalaman 1 meter.
• Mudah dalam pemeliharaan berkat konstruksi modular.
• Dilengkapi 99 channel memori dari panel atau dari PC, TR2400 dapat mengirimkan sinyal morse, email dan transfer file.

Spesifikasi TR2400
– Rentang frekuensi: 1,6 – 30 Mhz
– Dimensi perangkat: 296 x 231 x 93 mm
– Berat: 4,5 Kg
– Baterai: Lithium ion
– Power supply: 20 volt – 32 volt
– Output daya: 2,5 – 25 Watt
– Data: Modem MIL-STD-188-110A (2400 bit), STANAG 4285 (2400 bit modem), dan STANAG 4415 (75bps)
– Data Link Protocol (DLP): STANAG 5066 dan Internal ARQ SMS


Jumat, 29 Mei 2015

Badan Siber Nasional Bakal jadi Pengawas Internet

Ilustrasi (ist)
Ilustrasi (ist)
Pemerintah Indonesia melalui sejumlah kementerian terus menyiapkan segala hal dalam membentuk Badan Siber Nasional (BSN). Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Tedjo Edhi Purdijatno mengatakan, badan ini bakal jadi koordinator dalam menjaga keamanan siber nasional.
“BSN akan jadi koordinator. Kita siap membentuk BSN. Sedang mendengar masukkan dari pihak lain,” ujar Tedjo dalam jumpa pers bersama Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara di Jakarta, Kamis (28/5).
BSN menurut rencana akan menjadi koordinator membawahi lembaga-lembaga lain yang memiliki unit keamanan siber. Seperti diketahui, lembaga yang telah memiliki unit keamanan siber sendiri adalah Polri, TNI, Kemenkominfo, hingga Kemenkopolhukam.
Saran terkait BSN ini akan ditampung Kemenkopolhukam dalam acara Simposium Nasional Cyber Security 2015 yang diadakan pada 3 sampai 4 Juni 2015 di Hotel Borobudur Jakarta.
BSN akan menjadi lembaga baru setingkat kementerian dengan utama memastikan terjadinya koordinasi keamanan siber nasional.
“Kerangka komprehensif cyber security mutlak diperlukan untuk menjamin bergulirnya roda ekonomi melalui partisipasi serta urun rembuk pelaku dan pemangku kepentingan ranah siber yang majemuk,” jelas Tedjo.
Ia mengatakan Keputusan Presiden soal BSN ini akan segera terbit setelah tugas dan kewajiban lembaga baru ini selesai. Sejumlah ahli dan praktisi keamanan siber akan menjadi sumber daya di lembaga baru ini.
Indonesia dinilai belum memiliki satu sistem keamanan nasional maupun kerangka legal yang pas untuk keamanan siber.
Pada April lalu, Direktorat Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Badan Reserse Kriminal Polri mengungkapkan kerugian akibat program jahat (malware) pencuri uang perbankan oleh warga negara asing mencapai Rp 130 miliar dalam sebulan. Uang dari nasabah Indonesia itu ditransfer ke negara Eropa Timur melalui rekening kurir onlone Western Union atau Moneygram.
Lembaga yang mengawasi keamanan Internet nasional, Indonesia Security Incidents Response Team on Internet Infrastructure (ID-SIRTII), mencatat pada tahun 2014 lalu ada 3.288 insiden serangan terhadap situs pemerintah dengan domain .go.id.
Secara totla ID-SIRTII mencatat ada 48,4 juta serangan siber yang melanda Indonesia tahun 2014 lalu. Serangan tertinggi terjadi pada bulan Agustus dengan 18 juta serangan.
Serangan dalam bentuk program jahat atau malware masih mendominasi, sekitar 12 juta serangan, pemanfaatan masuk ke celah keamanan dengan 24.168 serangan, record leakage 5,970 kasus, pengelabuan 1.730 kasus, serta domain leakage 215 kasus.(CNN Indonesia)

Nota Provokatif Belanda Jadi Trigger Agresi Militer I

Bala Tentara Belanda bersiap jelang Agresi Militer I (Foto: Wikipedia)
Bala Tentara Belanda bersiap jelang Agresi Militer I (Foto: Wikipedia)
Provokasi demi provokasi biasa dijadikan Belanda untuk memancing kekuatan militer Indonesia untuk bertempur di front terbuka. Belanda merasa punya keuntungan dengan jumlah personel sekira 100 ribu pasukan, jika bentrok dengan TNI yang dianggap tak punya perlatan tempur memadai di medan terbuka.
Dan, salah satu provokasi “resmi” jelang melancarkan Agresi Militer I dengan sandi ofensif “Operatie Produkt” pada 21 Juli 1947, Belanda melayangkan nota bernada ancaman nan provokatif dua bulan sebelumnya.
Ya, pada 27 Mei 1947 (68 tahun silam), Belanda mengeluarkan ultimatum yang berisi sejumlah tuntutan. Tuntutan yang dirasa takkan bisa dipenuhi pemerintah RI dan wajib dibalas dalam tempo dua pekan.
Nota yang disampaikan pada pemerintah RI melalui perwakilan Belanda, Dr. P.J.A Idenburg itu berisikan sebagai berikut, seperti dikutip dari ‘Kronik Revolusi Indonesia’:
1. Pembentukan pemerintahan peralihan bersama.
2. Mengadakan garis demiliterisasi dan pengacauan di daerah-daerah Konferensi Malino (Negara Indonesia Timur, Kalimantan, Bali) harus dihentikan.
3. Mengadakan pembicaraan pertahanan negara, di mana sebagian Angkatan Darat, Laut dan Udara Kerajaan Belanda harus tinggal di Indonesia.
4. Pembentukan Kepolisian demi melindungi kepentingan dalam dan luar negeri.
5. Hasil-hasil perkebunan dan devisa diawasi bersama.
Merespons ultimatum itu, Perdana Menteri Sutan Sjahrir pun hanya bisa menafsirkannya antara kapitulasi (menyerah) pada Belanda, atau perang total. Belanda sendiri sedianya sudah mulai bersiap dengan menyiagakan sejumlah pasukan sejak Maret 1947.
Sjahrir tentu menolak dan itu jadi “trigger” atau pemicu tersendiri buat Kepala Staf pasukan Belanda Jenderal Simon Hendrik Spoor, untuk me-launching serangan total yang tentunya sesuai instruksi dari Den Haag.
Namun rencana Spoor sempat tersendat, lantaran pada akhirnya Sjahrir bertekuk lutut pada tuntutan tersebut. Akibatnya, Kabinet Sjahrir pun tumbang lantaran tak lagi dipercaya rakyat. Adapun Belanda, kembali melayangkan ultimatum pada 15 Juli 1947 dengan tuntutan pasukan TNI mundur 10 kilometer dari garis demarkasi.
Lantaran PM Amir Sjarifoeddin yang menggantikan Sjahrir tak memberi jawaban, maka meletuslah ofensif Belanda yang pertama ke berbagai wilayah RI di Sumatera dan Jawa pada 21 Juli 1947.
Terlepas dari sejumlah kejadian yang terjadi dalam agresi itu, pemerintah juga belum berhenti ikut bertarung di arena diplomasi. Sjahrir dan H. Agus Salim diutus ke Sidang Dewan Keamanan PBB, di mana akhirnya diputuskan Belanda harus menghentikan serangan pada 1 Agustus dan gencatan senjata sudah harus terjadi tiga hari setelahnya.
Spoor pribadi sedianya ‘kebelet’ meneruskan gerak ofensif pasukannya hingga Yogyakarta yang kala itu jadi Ibu Kota RI, yang kemudian ditentang pemerintah sipil Belanda.
Seperti termaktub dalam buku ‘Kontroversi Serangan Umum 1 Maret 1949’, Spoor bercita-cita menguasai Yogyakarta yang kelak baru bisa dilakukannya pada Agresi Militer Belanda II pada 19 Desember 1948.
Satu fakta menarik bahwa jelang Agresi Militer I itu, markas Tentara Belanda bahkan melancarkan psywar kepada tentaranya sendiri. Mereka menyebarkan selebaran yang tercatat dikeluarkan di Batavia (kini Jakarta) tertanggal 27 Mei 1947, bersamaan dengan keluarnya nota pemerintah Belanda kepada RI.
Selebaran itu dikatakan dikeluarkan pihak RI untuk memecah-belah Belanda antar kesatuan campuran KNIL (Koninklijk Nederlands Indisch Leger) atau Tentara Kerajaan Hindia-Belanda dengan Divisi I “7 December” yang merupakan kesatuan asli Angkatan Darat Belanda (Koninklijke Landmacht).
Tujuannya, agar para personel Divisi “7 December” kian terdongkrak spirit-nya jelang Agresi Militer I. Berikut kira-kira isi selebaran itu jika diterjemahkan dari bahasa Belanda:
“Para Perwira, Prajurit Divisi 7 Desember.
Dengan meningkatnya gejolak pemerintah menyelamatkan pasukan dalam setiap harinya ketika terlibat dan bertemu langsung dengan unit campuran dari KNIL, di mana mayoritas mereka menunjukkan simpati untuk Indonesia, 100 persen tidak dibenarkan, khususnya oleh kita yang empat tahun hidup di bawah cengkeraman Jerman.
Kita telah digolongkan jadi alat untuk dengan kehendak Pemerintah terkait perjuangan kemerdekaan Indonesia, untuk menahan kontak bersenjata. Kami berharap dalam hati terdalam, bahwa orang-orang dari Divisi ’7 Desember’ yang terkenal itu akan menyingkir demi mencegah pertumpahan darah yang tak perlu dan tidak dibenarkan dengan masyarakat Indonesia.
Semoga waktu yang singkat, kelompok kapitalis dan penjajah bertaubat, dan membiarkan kita menjadi yang pertama berhadapan dengan resistensi yang umumnya pasif dari mereka (TNI), demi Tanah Air kita tercinta dan kesejahteraan negara,”. (Okezone)

KRI Bung Tomo luncurkan rudal Exocet terbaru

KRI Bung Tomo luncurkan rudal Exocet terbaru
Seorang prajurit TNI AL mengamati uji coba penembakan senjata strategis Rudal Exocet MM-40 Blok II dari kapal jenis Multi Role Light Frigate (MRLF) KRI Bung Tomo (TOM)-357 di Perairan Laut Jawa, Kamis (28/5/15). (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)
 
KRI Bung Tomo-357 yang merupakan kapal terbaru milik TNI Angkatan Laut melaksanakan uji coba peluncuran Rudal Exocet MM-40 Blok II dalam pelayaran di Perairan di Laut Jawa.

Kepala Dinas Penerangan (Kadispen) Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) Letkol Laut (KH) Maman Sulaeman di Surabaya, Jumat, menjelaskan bahwa peluncuran rudal oleh kapal jenis pengawal yang dikomandani Kolonel Laut (P) Yayan Sofiyan itu, disaksikan Kasal Laksamana TNI Ade Supandi, Kamis (28/5).

"Kapal perang yang masuk dalam jajaran Satuan Kapal Eskorta Koarmatim tersebut melakukan uji coba sistem persenjataan untuk mengetahui sejauh mana hasil pembinaan yang dilakukan selama ini serta untuk meningkatkan kesiapan dan kesiapsiagaan operasional serta mengukur kemampuan persenjataan terbaru yang dimiliki TNI Angkatan Laut," katanya.

Penembakan rudal tersebut, kata Kadispen, juga dalam rangka penyiapan KRI Bung Tomo-357 yang akan bergabung dengan Satgas MTF XXVIII-H/UNIFIL di Libanon dalam waktu dekat ini.

Kasal mengatakan bahwa Rudal Exocet MM-40 Blok II merupakan generasi kedua yang dimiliki TNI Angkatan Laut setelah Exocet MM-38. Nantinya TNI Angkatan Laut akan memiliki Blok III sebagai generasi terbaru.

Peluncuran itu, katanya, selain untuk menguji keandalan rudalnya itu sendiri, juga dalam rangka menguji sistem yang ada di KRI Bung Tomo-357, karena kapal tersebut merupakan kapal baru yang dimiliki TNI Angkatan Laut.

Menurut dia, uji coba tersebut penting dalam rangka menguji kesiapan tempur dari KRI Bung Tomo-357.

Ia mengatakan bahwa tahapan-tahapan kegiatan peluncuran rudal Exocet MM-40 Blok II telah dilaksanakan dengan baik dan rudal dapat meluncur sesuai dengan profilnya.

Penembakan Exocet MM-40 di Laut Jawa bukan satu-satunya uji coba yang dilaksanakan TNI Angkatan Laut, karena juga dilakukan peluncuran persenjataan lain, seperti torpedo, meriam, maupun rudal jenis lain, yang berguna dalam rangka menguji kesiapan kapal sebelum digunakan sesuai proyeksi kekuatan dari Panglima TNI.

Selain Kasal, hadir juga Asreana Kasal Laksamana Muda TNI Agung Pramono, Asops Kasal Laksamana Muda TNI Ary Henryncus Sembiring Meliala, Aslog Kasal Laksamana Muda TNI Hari Pratomo, Aspam Kasal Laksamana Muda TNI Agus Heryana serta beberapa pejabat teras Mabes TNI Angkatan Laut lainnya yang berada di KRI Surabaya-591.

Selain dari atas geladak KRI Surabaya-591, peluncuran Exocet juga disaksikan Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda TNI Darwanto, Komandan Gugus Tempur Laut Koarmatim (Guspurlatim) Laksamana Pertama TNI I N.G. Ariawan serta para kepala satuan kerja di Mako Koarmatim.
 

Kopassus Jadikan Tentara Brunei Lebih Hebat dari Malaysia

 
image
Sertu Pardal (@jawa pos)
Kemampuan istimewa yang dimiliki Komando Pasukan Khusus (Kopassus) telah mendapatkan pengakuan internasional. Tidak heran bila beberapa negara meminta secara khusus agar pasukan elite TNI-AD tersebut menularkan kemampuan kepada tentara mereka. Itu pula yang dilakukan Sertu Pardal yang selama sepuluh bulan melatih Tim Rifle Brunei Darussalam.

SERTU Pardal merupakan seorang di antara sekian banyak anggota Kopassus yang punya kemampuan istimewa. Dia dikenal jago menembak dan memiliki keahlian sebagai penembak jitu.
Karena kemampuan itu pula, ketika tentara Brunei Darussalam meminta TNI mengirimkan anggotanya untuk menjadi pelatih di negeri berpenduduk sekitar 500 ribu jiwa tersebut, Pardal langsung ditunjuk komandannya.
Kehadiran Pardal di negara kaya ladang minyak dan gas tersebut adalah untuk melatih Tim Rifle dalam menembak. Mulai Februari hingga November 2013, dia menggembleng tim yang akan diterjunkan dalam ASEAN Armies Rifle Meet (AARM) tersebut.
’’Saya dikirim agar Tim Rifle bisa naik derajat di AARM, sebuah lomba menembak prestisius yang diikuti sepuluh negara ASEAN,’’ paparnya.
Tim Rifle Brunei beranggota LKpl Mohd Nor, LKpl Mohd Izwandi, LKpl Saiful, LKpl Azian, Kpl Mas Azi, SJN Romeo Eddy, Sld Modh Amizan, Sld Mushab, Sld Mustapa, Kpl Tony, dan Sld Safwan. ’’Mereka semua saya latih,’’ tegasnya.
Namun, bukan hal mudah untuk melatih anggota militer yang memiliki karakter dan metode pelatihan yang berbeda. Pada awal pertemuan, Pardal melihat posisi menembak sejumlah anggota Tim Rifle tidak kukuh. Karena itu, tembakan mereka tidak tepat pada target.
’’Kebanyakan mereka menembak dengan posisi jongkok dan menempatkan magazin di paha. Posisi itu kurang kukuh. Seharusnya magazin itu tepat di ujung paha. Jadi, bisa menahan getaran,’’ jelasnya.
Dari satu kejadian itu, Pardal mulai curiga. Dia berpikir, jangan-jangan memang tidak ada metode baku untuk menembak yang diterapkan tim Rifle. Dugaan itu terbukti saat Pardal melihat mereka berlatih. Kebanyakan asal datang ke lapangan tembak dan berlatih menembak. ’’Dari situ, saya mulai mengubah sistemnya,’’ paparnya.
Akhirnya, Pardal menetapkan jadwal latihan yang harus ditempuh dalam sehari. Pagi, awal latihan dimulai dengan lari 3 kilometer. Namun, bukan lari biasa. Mereka diajak lari sprint yang tiap 100 meter harus diganti dengan merayap tiarap. Lebih gila, saat tiarap itu, semua harus menahan napas.
Pardal tidak sekadar menyuruh, dia juga ikut bergabung berlari bersama mereka. ’’Ini untuk meningkatkan stamina para penembak,’’ tutur pria kelahiran Sukoharjo, Jawa Tengah, tersebut.
Ekstremnya latihan tersebut membuat dua anggota Tim Rifle pingsan. Keduanya pun harus dibawa ke klinik. ’’Memang, latihan ini lebih keras daripada biasanya. Tetapi, seorang prajurit harus bisa,’’ tegas suami Ery Wijayanti itu.
Setelah menyelesaikan lari 3 kilometer, agak siang, barulah tim militer Brunei itu berlatih menembak seperti biasa di lapangan. Tentu dengan perbaikan berbagai posisi, mulai jongkok hingga berdiri. ’’Awal-awal, saya yang juga ikut menembak selalu menang,’’ tuturnya.
Banyak hal yang harus diperbaiki untuk meningkatkan kemampuan tim tersebut. Menu latihan ekstrem akhirnya ditambah. Pardal mengajak Tim Rifle berlatih di kolam renang. Bukan berenang biasa, tetapi menyelam di kedalaman 2,5–3,5 meter selama mungkin. ’’Ini untuk melatih pernapasan,’’ tuturnya.
Anggota Tim Rifle pun mencoba latihan itu. Mereka menyelam bersama tanpa mengeluh. Tetapi, sesaat kemudian, satu per satu mereka menyembul ke permukaan. Setelah 1 menit, Pardal tinggal sendirian di dasar kolam. Barulah 30 detik kemudian, dia naik ke permukaan. ’’Mereka ternyata hanya mampu kurang dari satu menit,’’ katanya.
Lagi-lagi, banyak hal yang harus diperbaiki. Bukannya mengendurkan tensi latihan, Pardal malah terus menaikkannya. Kali ini, tim harus masuk ke kolam ’’neraka’’ untuk lari sprint di dalam air. Pardal memperagakan lebih dahulu lari sprint di dalam air itu. Dia memang bisa berlari di dalam air.
Akhirnya, giliran belasan anggota Tim Rifle yang mencoba. Mereka langsung mengambang ke permukaan setelah tiga langkah lari. Semua menu latihan itu terus dilakukan berulang-ulang. ’’Pokoknya sampai teler,’’ ujar Pardal bercanda.
Namun, menu latihan ala Kopassus tersebut membuat beberapa anggota Tim Rifle mulai tidak tahan. Beberapa di antara mereka menyerah. ’’Mereka sempat cerita ke saya ingin keluar dari tim,’’ ujarnya.
Apalagi ada perbedaan besar di militer Brunei. Anggota Tim Rifle dianggap belum berprestasi sehingga kurang dihargai dan tidak mendapat kompensasi dalam karir. ’’Kalau di Indonesia, masuk tim menembak, karirnya bisa lebih cepat. Tetapi, berbeda di Brunei,’’ tuturnya.
Masalah itu tidak membuat Pardal kehilangan akal. Dia terus berupaya agar anak didiknya tetap bersemangat. ’’Saya yakin, kalau berprestasi, tentu ada imbal baliknya,’’ tegas anggota TNI yang saat ini bertugas di Papua Barat tersebut.
Setelah sepuluh bulan, stamina Tim Rifle mulai naik drastis. Terutama teknik pernapasan yang begitu penting untuk menembak. Pardal menuturkan, pernapasan sangat penting agar penembak tidak goyang saat membidik dan menembak. ’’Semua menu latihan itu dilakukan selama sepuluh bulan,’’ jelasnya.
Akhirnya, tiba giliran untuk menguji hasil latihan tersebut dalam kompetisi internasional AARM 2013 di Myanmar. Sebelum 2013, Brunei selalu berada di papan dasar klasemen tembak di AARM. ’’Sebelumnya selalu di nomor delapan di antara sepuluh negara yang ikut menembak,’’ ujarnya.
Tetapi, kali ini berbeda. Kesiapan setelah berlatih bersama anggota Kopassus membuat tim Brunei sangat percaya diri. Setelah total dalam mengikuti lomba prestisius tersebut, tidak disangka, Tim Rifle Brunei mampu menempati posisi keempat setelah Indonesia, Filipina, dan Thailand. ’’Kali ini, mereka melampaui Malaysia dan Singapura yang biasanya di atas Brunei,’’ tuturnya.
Padahal, target mereka hanya lima besar AARM. ’’Tugas saya melatih menembak dan mendapatkan prestasi bagi Tim Rifle telah selesai,’’ ujar Pardal.
Setelah AARM 2013, tugas Pardal di Brunei juga usai. Saat akan pulang ke Indonesia, dia mendapat ucapan terima kasih dari semua orang. Bukan hanya Tim Rifle, pejabat militer Brunei setingkat KSAD juga memuji dan berterima kasih. ’’Memang, saya harus kembali, tentunya untuk mengabdi ke ibu pertiwi,’’ tegasnya.
Danjen Kopassus Mayjen Doni Manardo menuturkan, pengiriman anggota Kopassus ke luar negeri merupakan bentuk kerja sama antar pemerintah. Biasanya, negara lain meminta dikirimi seorang pelatih. ’’Kopassus yang sering diminta,’’ ungkapnya.
Pengiriman prajurit sebagai tenaga pelatih itu tentu bisa meningkatkan hubungan antara angkatan bersenjata setiap negara. Doni menyatakan, hubungan yang baik diperlukan agar ke depan bisa saling membantu. ’’Ini program yang baik dan perlu dilanjutkan,’’ ujarnya.
Penunjukan Pardal sebagai pelatih militer untuk Brunei bukan tanpa sebab. Lelaki yang telah 18 tahun bergabung dalam Kopassus itu memiliki segudang prestasi. Di Kopassus, dia merupakan salah seorang penembak terbaik. ’’Saya di kesatuan sering juara. Saya juga pernah ikut AARM beberapa tahun lalu dan juara,’’ paparnya.
Lelaki berusia 37 tahun itu mengingat, dalam setiap lomba di kesatuan maupun antarnegara, dirinya selalu mendapat medali. ’’Sering menang, mulai juara pertama hingga ketiga,’’ ungkapnya.

JPNN

Rabu, 27 Mei 2015

BAK-12 Arresting Cable Mobile: Kabel Penahan Laju Jet Tempur F-16 TNI AU

IMG_3614
Kabel penahan lajunya pesawat tempur, umumnya hanya terdapat di kapal induk untuk menahan lajunya pesawat yang baru mendarat agar segera tertahan, mengigat landasan pacu di kapal induk sengat terbatas panjangnya. Arresting cable seperti yang ada di kapal induk itu, sejak dekade 90-an telah pula dimiliki TNI AU, meski pun Indonesia tak punya kapal induk.
Kabel penahan pesawat tempur itu dipasang di landasan pacu pangkalan udara (lanud) untuk menahan lajunya pesawat tempur yang gagal lepas landas, abort take off, atau untuk menahan pesawat yang mendarat tetapi mengalami overshoot, alias kebablasan. Perangkat kabel penahan laju pesawat dan segala perlengkapannya diberi label BAK (Barrier Arresting Kit) -12 mobile yang beratnya mencapai 24 ton. Arresting cable ini digunakan untuk menjaga kemungkinan pengoperasian pesawat tempur F-16 Fighting Falcon, terlebih bila F-16 dioperasikan di lanud yang landas pacunya kurang panjang.
Karena perangkat yang mencapai 24 ton, maka pengangkutan perangkat BAK-12 harus menggunakan dua unit pesawat angkut sekelas C-130 Hercules. Jumlah teknisi yang menangani instalasi perangkat ini mencapai 20 orang.
uji-tengah-1maxresdefault-(1)

Dengan peran untuk mengamankan pesawat tempur yang batal lepas landas karena terjadi kelainan di saat pesawat itu sudah lari dengan kencang di landasan pacu, maka arresting cable dipasang 500 meter dari ujung landasan. Harapannya, bila sebuah F-16 batal lepas landas, maka sebelum sampai ke ujung landasan sudah ditahan oleh kabel ini. Begitu pula bila terjadi kasus sebuah pesawat yang mendarat kelewat di tengah, maka di samping penerbang berusaha mengentikan luncuran pesawat sebelum mencapai ujung landasan, sudah ada alat yang menjamin pesawat itu tidak terjungkal di ujung runway.
Untuk memasang arresting cable di landasan, 20 teknisi TNI AU membutuhkan waktu seharian. Kabelnya sendiri tidak berat. Kabel baja yang dipasang melintang landasan pacu, kabel ini terbuat dari baja berdiameter 3 cm, dan diletakkan 8 cm di atas permukaan landasan dengan disangga donat karet. Kalau di kapal induk kabel yang dipasang bisa berjumlah tiga buah, sementara TNI AU hanya menggunakan satu buah saja.
DF-SD-05-11136
Dari spesifikasi, kabel baja penahan laju pesawat punya panjang bervariasi, mulai dari 60 meter, 45 meter, dan 30 meter, dan dipilih sesuai lebar landasan, disambung dengan ban nilon selebar 20 cm, tepat di pinggir landasan. Ban nilon itu kemudian dihubungkan dengan mesin penggulung yang sekaligus berfungsi sebagai mesin rem, yang dipasang 50 meter dari tepi landasan.
Namun, sebelum masuk ke mesin penggulung, ban nilon itu masuk ke alat pengatur yang berbentuk box baja yang memanjang dengan 60 patok penahan dari baja. Patok-patok penahan itu juga terdapat pada mesin penggulung, dimana jumlahnya lebih sedikit, 16 buah. Dengan demikian, peralatan penahan yang ada di tepi landasan itu diperkuat oleh 76 buah patok baja yang ditancapkan sedalam masing-masing satu meter. Itu baru di satu sisi landasan. Sama halnya dengan sisi yang lain, sehingga jumlah patok penahan menjadi 152 buah. Inilah yang menyebabkan pemasangan arresting cable berlangsung sehari penuh. Pekerjaan yang melelahkan itu memang tidak percuma, karena dengan alat itu sebuah pesawat tempur yang harganya puluhan miliar rupiah serta sulit pengadaannya, dapat diselamatkan dari keusakan dan dapat beroperasi kembali.
Kabel baja dengan diameter 3 cm.
Kabel baja dengan diameter 3 cm.
Rangkaian patok baja.
Rangkaian patok baja.

Mampu Menahan Beban 40 Ton
Dengan kabel baja yang hanya bergaris tengah 3 cm serta di dukung oleh alat-alat lain beratnya 24 ton, arresting cable dapat menahan beban sebesar 40 ton. Luncuran jet tempur F-16 dengan dibantu sistem rem yang ada di pesawat, maka kabel mampu menahannya dengan baik, bahkan hingga 50 kali pemakaian. Setiap kali penggunaan, seluruh peralatan harus diperiksa kembali. Dan bila tidak pernah digunakan, maka kabel maksimal empat tahun harus diganti. Dan ban nilon, selama enam bulan terus menerus dipasang di lapangan, harus pula diganti.
Dengan cara memasang kabel setinggi delapan centimeter di atas permukaan landasan, maka gerakan semua pesawat yang lalu lalang di atasnya tidak terganggu. Dipasangnya arresting cable dilandasan pacu, sama sekali tidak mengganggu roda pesawat yang melindasnya. Pesawat F-16 yang kecil dan rendah saja tidak terganggu, apalagi bagi pesawat-pesawat komersial yang berbadan lebar, tidak akan terasa bila menginjak kabel ini.
Mesin penarik kabel baja.
Mesin penggulung kabel baja.
Dibutuhkan 20 teknisi untuk instalasi perangkat ini.
Dibutuhkan 20 teknisi untuk instalasi perangkat ini.

Dalam simulasi, bila sebuah pesawa tempur akan menggunakan kabel penahan ini, sebelum mencapai kabel, penerbang harus menurunkan hook, pengait yang ada di bagian bawah ekor. Karena kabel bisa bergerak bebas, maka pada saat hook mengait kabel, kabel akan terbawa mengikuti arah luncuran pesawat. Ketika itu mesin pengeram akan bekerja otomatis untum menahan gerakan pesawat secara perlahan sampai ia berhenti, yakni 300 meter dai posisi semula. Karena tertarik pesawat, maka posisi kabel akan tegang. Untuk melepaskan hook dari kabel, maka pesawat cukup dimundurkan sedikit. Kabel yang telah terlepas itu kemudian digulung kembali ke posisi lurus seperti semula dan siap digunakan kembali.
Karena awalnya di dapuk untuk meng-handle F-16, maka gelar arresting cable ini memang hadir di lanud Iswahjudi, Madiun, sebagai home base Skadron Udara 3 F-16. Pada tahun 1994, perangkat ini diboyong ke lanud Hasanuddin, Makassar dalam latihan puncak “Angkasa Yudha.” Saat itu lanud Hasanuddin menjadi pangkalan aju untuk F-16 Skadron Udara 3. Selain lanud Hasanuddin, kabel penahan laju ini juga dipasang di Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru. Adopsi arresting cable di Lanud Roesmin Nurjadin dianggap sangat penting, mengingat lanud ini telah menjadi home base Skadron Udara 16 yang berisi F-16 C/D Block 52ID.
Selain menggunakan arresting cable, untuk menahan laju luncurnya, F-16 juga dibekali drag chute. Namun penggunaan drag chute dipangdang kurang efesien dan efektif. Semisal dibutuhkan waktu untuk instlasi parasut bila pesawat yang baru mendarat akan lepas landas kembali. Untuk kemampuan menghentikan laju pesawat pun, kabel penahan dari baja memang lebih tepat. (Ang)

Dengan Tank Leopard dan Sukhoi-35, Indonesia Mampu Menciptakan Balance of Power

Su-35

Sukhoi SU-35 Dengan Persenjataan (Foto : airplane-picture.net)


Apabila kita amati, maka perang masa kini dan mendatang akan banyak ditentukan oleh kecanggihan teknologi alutsista yang dimiliki sebuah negara. Kita lihat bagaimana AS mampu mendikte militer Libya saat terjadinya pemberontakan terhadap PM Khadafi, hingga pemimpin hebat itu akhirnya tewas. AS dan sekutunya juga mampu membatasi ruang gerak Islamic State di Irak dan Syria dengan teknologi kekuatan udara, baik drone maupun pesawat penggempur mutakhir. Kemudian Arab Saudi juga menggempur pemberontak Houthi di Yaman dengan kekuatan udara. Kartu yang banyak dimainkan adalah serangan udara taktis dan strategis. 
Kini Indonesia beruntung dengan pemahaman para pimpinan militer, DPR, pejabat pemerintah terkait, khususnya pimpinan nasional yang menyadari arti penting alutsista canggih untuk mempertahanan kedaulatan negara. Pada awal pemerintahan Presiden SBY kondisi peralatan tempur Indonesia demikian memprihatinkan, dibandingkan negara-negara tetangga. Kemudian sejak 2009 kondisi mulai dibenahi, ditata dalam tiga Renstra hingga 2024. 
Alutsista selain sebagai peralatan perang juga mempunyai nilai politis dengan fungsi penggentar (deterrent), dimana dalam perhitungan intelijen, alutsista diukur dari kekuatannya (jumlah, jenis dan persenjataan, keunggulan teknologi), kemampuan (pertahanan/serang taktis dan strategis, daya hancur) serta kerawanan (kelemahan dibandingkan negara di kawasan, semangat juang pejabat). Dari ketiga penilaian tersebut, maka intelijen akan bisa menilai apa 'niat' negara lain. 
Indonesia pernah membuktikan pada tahun 1961-1962 saat Operasi Trikora dan Dwikora, dengan kepemilikan alutsista udara khususnya saat memiliki Pesawat pembom TU-16 dan TU-16KS, pesawat tempur sergap Mig-21/19/17, serta pembom Il-28. Indonesia mampu mendikte dan membuat gentar Belanda yang menguasai Irian Jaya (kini Papua). Saat itu (1961), para penerbang TNI AU mampu menerbangkan pesawat pembom dan melakukan penerbangan penyusupan ke garis belakang beberapa negara. Australia, Malaysia, Singapura, serta Belanda (Irja) yang menyebabkan rasa gelisan dan gentar. Indonesia ditakuti karena memiliki penyerang udara strategis yang mampu menyerang garis belakang lawan atau calon lawan.
kisah-operasi-pesawat-pengebom-tni-au-buat-gemetar-australia

Pesawat Pembom Strategis AURI TU-16KS (Foto : merdeka.com)


Amerika Serikat kemudian mengirimkan pesawat mata-mata U-2 dan menginformasikan kepada Belanda dan Australia bahwa di Pangkalan AU Madiun benar telah terdeteksi jajaran pesawat pembom berat TU-16. Indonesia saat itu demikian digdaya sebagai negara dengan kekuatan udara terkuat di kawasan Asia Tenggara. Belanda atas saran AS akhirnya melepas Irian Jaya dengan pertimbangan adanya ketidak seimbangan kekuatan dan kemampuan alutsista. Ini membuktikan bahwa alutsista mampu menjadi sarana diplomasi penekan yang sangat efektif.
Nah, bagaimana dengan situasi dan kondisi kawasan di lingkup Indonesia beberapa waktu terakhir? Para petinggi pada pemerintahan SBY mampu melihat pentingnya alutsista sebagai sarana pertahanan. Kemhan membagi tiga tahapan Rencana Strategis (Renstra) dalam pembangunan Minimum Essential Force (MEF) untuk membentuk kekuatan pertahanan yang memadai. Dari tiga Renstra (2009-2024), pengadaan alutsista dipercepat menjadi dua Rentra (2009-2019). Fokus dari MEF ini adalah menitik beratkan pembangunan dan modernisasi alutsista beserta teknologinya.
Dalam dua renstra, Indonesia melakukan pembelian berbagai jenis pesawat yang berjumlah 102 buah, yang terpenting adalah pengadaan pesawat-pesawat sukhoi 27/30, pengadaan alutsista laut seperti pengadaan fregat, kapal selam Korea, tank BMP. Untuk TNI AD yang utama pembelian tank MBT Leopard 2, IFV Marder, MLRS Astros II, Meriam Caesar 155 mm, ATGM NLAW, kendaraan taktis, hingga helikopter serang Apache AH-64 E.
TNI AL diperkuat dengan armada kapal selam Changbogo dari Korea Selatan, membangun kekuatan strategis untuk kapal permukaan dengan memasang rudal yakhont 300 km di kapal Van Speijk Class, memesan Perusak Kawal Rudal (PKR) Sigma ke Belanda, membangun korvet Indonesia dalam program Korvet nasional atau Frigate Nasional. serta membeli 3 light fregate Nakhoda Ragam Class dari Inggris. Marinir diperkuat dengan Tank BMP-3F, tipe BMP-3FK, dan BREM-L. Pada artikel ini penulis akan khusus membahas arti penting kepemilikan MBT Leopard dan pemilihan Sukhoi-35 sebagai alutsista penggentar yang disegani oleh lawan maupun calon lawan.

Perimbangan Kekuatan Main Battle Tank 
Indonesia kini mempunyai Tank Leopard yang merupakan tank kelas berat yang dapat dibanggakan. Pernah muncul sanggahan bahwa pembelian Leopard tidak cocok karena terlalu berat dan akan merusak jalan. Jelas ini masukan yang tidak tepat karena si penilai hanya melihat bagian kasarnya saja, lebih sektoral dibandingkan nilai strategis yang jauh lebih luas.
MBT-Leopard-2A4-TNI-AD-Prokimal-Online-Kotabumi-Lampung-Utara
MBT Leopard TNI AD (Foto : prokimal-online.blogspot.com)

Para pejabat saat itu melihat perimbangan kekuatan Indonesia jauh dibawah negara-negara tetangga seperti Australia, Singapura dan Malaysia khususnya. Dari pulbaket intelijen diketahui, Malaysia sejak 2006 membeli tank berat PT91M dari Bumar, Labedy, Polandia sebanyak 48 unit (dan 15 unit kendaraan pendukung) seharga US$ 370 juta. Dikatakan saat itu terjadi ketidak seimbangan kekuatan dan kemampuan di matra darat antara Malaysia dan Indonesia. Tank jenis MBT (Main Battle Tank) PT91 M, ditempatkan pada Rejimen 11 Kor Armor DiRaja adalah untuk menggantikan tank ringan FV101 Scorpion milik Malysia.
jika-tak-ada-leopard-bagaimana-tni-hadapi-tank-pt-91-malaysia

Tank (MBT) Tentera Darat Malaysia PT-91M (Foto: merdeka.com)


Pengiriman batch terakhir tank PT-91M selesai pada 2009. Tank PT-91M pada mulanya merupakan pengembangan dari tank T-72M produksi Polandia, lisensi dari eks-Uni Soviet. Tank PT-91M berbobot tempur 48,5 ton dengan senjata utama meriam 2A46MS kaliber 125 mm.
Singapura menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang memiliki MBT sejak 1975 berupa tank bekas Centurion Mk3 dan Centurion Mk7 yang dibeli dari India dan dari Israel pada 1993-1994 dengan total sekitar 100 unit. Pada akhir 2006, Singapura membeli tank Leopard 2A4 bekas AB Jerman sebanyak 96 unit. Yang dibeli 66 unit operasional dengan 30 unit cadangan dan perlengkapan pendukung.Berbobot tempur 55,15 ton untuk tipe Leopard 2A4, diawaki 4 personel, senjata utama meriam Rheinmetall L55 kaliber 120 mm.
Menteri Pertahanan Singapura, Mr Teo Chee Hean, pada 11 Desember 2006, menyatakan "MINDEF telah mencari untuk menggantikan SM1s dimana tank-tank akan diperbaharui untuk mendorong unit-unit lapis baja Angkatan Darat menjadi Angkatan dengan alutsista Generasi ketiga yang berteknologi tinggi.Dikatakan oleh Chee Hean, "The Leopard 2A4 will bring more punch to our armoured forces by providing greater protection, lethality and mobility." Satu upgrade penting akan dilakukan segera adalah Battlefield Manajemen System yang ketika diinstal, akan memungkinkan tank Leopard tersebut untuk diintegrasikan ke dalam sistem pertempuran pasukan lainnya
Khusus untuk Armada MBT dari Myanmar, Vietnam, Kamboja, dan Laos terutama terdiri dari tank kelas menengah asal Rusia atau Ukraina T-54/55/62 dan tank serupa produksi RRC seperti Type-59/69/79/88. Vietnam memiliki armada MBT kelas menengah terbesar dengan jumlah lebih dari seribu unit yang diretrofit. Tank tua T-55 merupakan tank kelas menengah produksi eks-Uni Soviet yang paling banyak diproduksi dari dekade 1950-an hingaa 1980-an. Berbobot lebih 36 ton dengan senjata utama meriam kaliber 100 mm.
Australia pada 2006 mengganti armada MBT lamanya Leopard AS1 dengan 59 unit tank M1A1. Keandalan tank Abrams demikian fenomenal sejak perang pada Operasi Badai Gurun 1991. M1 Abrams mulai operasional pada 1980. M1 menjadi tank perang utama resmi Angkatan Darat Amerika Serikat dan Korps Marinir Amerika Serikat, dan tentara Mesir, Kuwait, Saudi Arabia, Australia, dan pada 2010 Irak, dengan persenjataan utama meriapm 105mm. Tank Abrams versi Australia M1A1 bermesin diesel menggantikan mesin turbin gas dan minus lapisan baja DU (Dlepeted Uranium). Tank unggulan Australia Abrams MiA1 ini beratnya mencapai 67,6 ton, dipersenjatai meriam kaliber 120mm.
Tank Leopard Indonesia, Main Battle Tank (MBT) Leopard Revolution yang kini dimiliki TNI AD adalah MBT terbaik di dunia. Leopard Revolution dilaporkan mampu mengungguli Tank MBT M1A2 Abrams, Tank Chalenger, Tank Leclerc, dan Tank PT91M milik Malaysia, pada bagian proteksi, persenjataan dan mobilitas. Leopard Revolution dan variannya sekarang ini dipergunakan oleh negara-negara Jerman, Canada, Yunani, Belanda, Portugal dan Spayol. Di Asia Tenggara, hanya dimiliki oleh Indonesia.
Bobot MBT ini adalah 60,2 Ton, dilengkapi dengan persenjataan Rheinmetall 120 mm L55 buatan Rheinmetall Waffe Munition of Ratingen, Germany, yang lebih akurat dan jangkauan tembak lebih jauh bila dibandingkan yang dimiliki Singapura. Sebanyak 44 tank akan didisposisikan di kawasan Kodam VI Mulawarman (Kalimantan) guna mengimbangi penggelaran MBT Malaysia PT91M pada garis perbatasan Malaysia-Indonesia.
Sebelumnya TNI AD hanya mempunyai Tank FV-101 Scorpion-90 yang dibeli tahun1995 sebanyak 35 unit dan pada 1997 sebanyak 45 unit. Tank ringan ini berbobot tempur 8,7 ton, diawaki 3 personel, senjata utama meriam Cockerill Mk III kaliber 90 mm. Armada terbesar tank ringan AD Indonesia adalah AMX-13 Perancis yang dibeli dari Belanda. Sebanyak 130 unit AMX-13/150 dimiliki AD berupa tank tempur dengan meriam kaliber 105 mm bekas AB Belanda yang dibeli pada 1980.
Kesimpulanya, dengan memiliki MBT Leopard Revolution maka Indonesia, khususnya TNI AD kini memiliki alutsista yang mampu mengimbangi kepemilikan MBT negara-negara tetangga baik Australia, Singapura ataupun Malaysia. Khususnya MBT TNI AD lebih unggul dalam teknologi penembakan dan penghancuran apabila terjadi perang antar MBT dikawasan. Disinilah nilai besar MBT agar sebuah negara mempunyai bargaining position terhadap negara lain.

Perimbangan Kekuatan Pesawat Tempur 
Pada dua renstra, pesawat tempur sukhoi TNI AU (SU-27/30) telah lengkap satu skadron (16 pesawat). Selain itu TNI AU mendapatkan tambahan satu skadron (16 pesawat) pesawat super tucano dalam fungsi close air support. Pengadaan 24 pesawat F-16 block 25/32 retrofit eks AS, serta pesawat tempur ringan T-50i dari Korea Selatan serta UAV Heron komposit tanpa awak untuk pengawasan, disamping juga pengadaan beberapa pesawat Hercules. Kini yang terpenting, Indonesia sudah lebih menjurus kepada kesimpulan akhir dalam penggantian pesawat tempur sergap F-5E Tiger II yang akan dipensiun. Skadron Udara 14 Lanud Iswahyudi Madiun, memiliki satu Skadron Tempur F-5 E/F Tiger II sejak tahun 1980 dengan kekuatan 12 F-5E TigerII dan 4 F-5F (kursi ganda).
specification-of-sukhoi-su-35

Menurut sumber dari Dispenau, pemilihan pesawat sebagai kandidat pengganti F-5E TNI AU dimulai dengan menilai berbagai jenis pesawat tempur modern, diantaranya pesawat tempur Sukhoi Su-30 MKI, F-15 SE Silent Eagle, Eurofighter Typhoon, F-16 E/F Block 60/62, Rafale-B, F-18 E/F Super Hornet, Sukhoi SU-35 Flanker dan JAS-39 Gripen NG. Semuanya adalah pesawat tempur modern generasi terbaru generasi 4.5 yang secara kasar diperkirakan memenuhi kriteria pesawat tempur strategis TNI AU. 
Pertimbangan pemilihan adalah karakteristik umum pesawat, Performance, Persenjataan, dan Avionics pesawat tersebut. Semuanya melalui analisa mendalam terkait dengan aspek operasi, tehnis dan non tehnis. Kemudian dilakukan perbandingan kemampuan pesawat yang menjadi kandidat pesawat tempur strategis. Semuanya calon diukur, diantaranya apakah memenuhi kriteria penilaian yaitu, pesawat jenis multirole minimal generasi 4.5, mampu menjangkau sasaran strategis dengan radius of action jauh, baik sasaran permukaan dan bawah permukaan, mampu melaksanakan misi pertempuran siang dan malam hari segala cuaca, memiliki radar modern dengan jangkauan jauh. 
Nah, dari pembahasan panjang baik di TNI AU, Mabes TNI, Kemhan serta DPR RI, nampaknya yang berpeluang kuat terpilih adalah Sukhoi-35. Wakil Ketua Komisi I DPR Tantowi Yahya membenarkan pesawat tempur Su-35 sudah masuk dalam rencana pembelian. Jumlah pesawat yang dibeli sebanyak 16 unit pesawat atau satu skuadron berikut persenjataannya. Tantowi walau tidak menjelaskan secara rinci tetapi menyebut pilihan utama. Gambaran serupa pernah disampaikan oleh Panglima TNI Jenderal Moeldoko yang menyatakan, “Itu sudah menjadi pilihan bersama antara TNI dengan Kemhan dan sudah menjadi kesepakatan,” katanya usai mengikuti kegiatan TNI Mendengar dengan tema Ketahanan di Bidang Energi dengan Berbagai Permasalahan dan Solusinya di Aula Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis (12/3/2015). 
Terkait kecelakaan dengan terbakarnya F-16 hibah eks AS, Kepala Staf TNI AU Agus Supriyatna menyatakan TNI AU menginginkan pesawat baru untuk menggantikan F-5F/E Tiger yang sudah saatnya dipensiunkan. Sedangkan, opsi membeli pesawat bekas tak akan masuk dalam program jangka panjang maupun pendek. "Dua hasil kajian kita, antara Sukhoi Su-35 dan F-16 tipe 70 Viper," katanya. Agus mengharapkan tidak ada lagi pemberian hibah pesawat bekas untuk TNI AU, agar insiden kecelakaan pesawat tak terulang kembali. Namun, dia memastikan program ini tetap berlanjut mengingat TNI AU sudah mengeluarkan sejumlah uang untuk mendapatkannya. 
Malaysia pada 2015 ini juga memiliki program penggantian MRCA untuk menggantikan MiG-29 dan F-5 yang akan pensiun pada akhir 2015. Program penggantian MRCA (Multi Role Combat Air Craft) saat ini dipersempit menjadi 4 jenis pesawat (Eurofighter Typhoon, Dassault Rafale, F / A-18E / F super Hornet dan Saab JAS 39 Gripen). Dalam program ini, RMAF akan melengkapi tiga skadron dengan 36-40 pesawat tempur baru dengan anggaran sebesar US $ 2, 46 miliar. Saat ini tulang punggung RMAF adalag 18 SU-30MKM, 8 F/A-18 Hornet, dan 12 Mig-29. 
Menurut beberapa analisis pakar alutsista, rencana pembelian SU-35 bagi TNI AU tersebut akan sangat mempengaruhi rencana strategis khususnya bagi dua negara tetangga (Australia dan Singapura). Australia serta Singapura sudah memutuskan membeli pesawat temput F-35 dari AS.
F-35 Australia
F-35 Lightning II dengan Persenjataan (Foto: bussinesinsider.com.au)


Singapura berada pada tahap akhir proses evaluasi untuk memasukkan pesawat tempur canggih F-35 ke dalam jajaran Singapore Air Force. Menteri Pertahanan Singapura Ng Eng Hen mengatakan, AU Singapura menyatakan F-35 cocok untuk modernisasi jajaran pesawat tempur Singapura. "Pesawat-pesawat F-5 milik kami (Singapura) sudah menjelang masa akhir tugas dan F-16 kami juga mulai menua. Kami saat ini tengah dalam tahap akhir evaluasi untuk mendatangkan F-35," katanya. Angkatan Udara Singapura kini memiliki 24 unit F-15SG, 20 F-16C, 40 F-16D, 28 F-5, dan 9 F-5T. Selain itu, AU Singapura juga memiliki Helikopter serbu Apache AH-64D sebanyak 19 unit.
Sementara Perdana Menteri Australia Tony Abbott pada hari Rabu (23/4/2014) mengumumkan Australia akan membeli 58 buah pesawat tempur siluman F-35, Joint Strike Fighter (JSF) buatan Lockheed Martin dari AS. Pesawat yang dikenal juga sebagai Lightning II itu diputuskan oleh pemerintah Australia, dibeli seharga A$12 miliar. Pembelian pesawat tempur berkemampuan stealth (anti radar) generasi kelima sebagai tulang punggung kekuatan udara RAAF itu dikatakan sebagai pembelian terbesar Australia dan akan mensejajarkan Australia menjadi negara maju setelah Jepang juga memutuskan membeli pesawat serupa. 
Australia akan menerima pesawat pertama pada Tahun 2018 dan skadron baru itu akan beroperasi penuh pada tahun 2020. PM Abbott menurut SMHU menyatakan, "The fifth-generation F-35 is the most advanced fighter in production anywhere in the world and will make a vital contribution to our national security." Diberitakan pesawat F-35 akan beroperasi bersama-sama dengan pesawat tempur Super Hornet serta pesawat electronic warfare Growler akan memastikan Australia mampu mempertahankan keunggulan udara di kawasan regional. 
Mengapa Australia dan Singapura akhirnya memutuskan membeli F-35? Sebelum keputusan pembelian F-35, The Business Spectator di Australia pernah menyatakan, "Indonesia merencanakan akan membeli pesawat tempur Sukhoi dari Rusia/India yaitu Su-35S atau PAK-FA T-50. Jadi pertanyaannya lebih baik (Australia) memilih F-35 daripada Hornet. Apabila Indonesia kemudian dimasa depan ikut memperkuat Angkatan Udaranya dengan SU-35S atau T-50, maka AU Australia akan menjumpai masalah besar," demikian kesimpulannya. 
Lebih jauh analis Bisnis Spectator menyatakan, "Sebagai contoh, JSF (Joint Srike Fighter) dapat beroperasi secara efektif hanya untuk ketinggian maksimal sekitar 40.000 feet (walau masih bisa beroperasi lebih tinggi tetapi kalah di tingkat yang lebih tinggi). Sebaliknya, Sukhoi dapat beroperasi pada kapasitas penuh di tingkat yang jauh lebih tinggi dan dengan kelebihan dan keuntungan. Mereka memiliki sistem dan senjata yang bisa meruntuhkan sebuah JSF Australia sebelum RAAF memiliki kesempatan menerapkan slogannya (first look, first shoot, first kill). 
Ditegaskan oleh BS bahwa tidak ada pertempuran udara yang diperlukan. Pesawat Australia sudah runtuh sebelum bertempur, karena disergap jauh sebelum dia menyadarinya. Sukhoi dinilai jauh lebih unggul dibandingkan JSF. SU-35 memiliki jangkauan efektif sekitar 4.000 km dibandingkan dengan 2.200 km untuk F-35. Ini berarti JSF membutuhkan dukungan pesawat tanker untuk menutup ruang (wilayah Australia) yang lebarnya 4.000km. Selain itu, kecepatan Su-35 adalah Mach 2,4 (hampir dua setengah kali kecepatan suara), sedangkan F-35 terbatas pada Mach 1.6. 
Menurut Victor M. Chepkin, wakil direktur umum NPO Saturn, mesin AL-41f yang baru akan memungkinkan jet Rusia untuk supercruise (terbang pada kecepatan supersonik untuk jarak jauh.) Dengan tidak harus beralih ke afterburner. Dengan demikian, pesawat dapat mengirit bahan bakarnya. Kesimpulannya baik F-35 maupun F-18 performance-nya berada dibawah SU-35.

Kesimpulan 
Dari beberapa informasi diatas, pemilihan alutsista tempur utama (MBT Leopard serta pesawat tempur Sukhoi 35) dapat dinilai sangat tepat. Kemampuan kedua alutsista tersebut mempunyai kelebihan dibandingkan perencanaan strategis tiga negara tetangga. Australia, Singapura serta Malaysia masih tergabung dalam pakta pertahanan FPDA (Five Power Defence Arangements) bersama New Zealand dan Inggris. 
Ketiganya bukan musuh, tetapi Indonesia sebagai negara yang menganut politik luar negeri bebas aktif harus mampu menunjukkan bahwa berdiri sendiri dengan dikelilingi negara-negara yang bersekutu tidak harus gentar. Sebagai negara yang mempunyai sumber daya alam yang melimpah, maka Indonesia harus mampu mempertahankan kedaulatannya dari kemungkinan intervensi negara lain. Yang terpenting adalah dimasa mendatang kita akan hidup di dunia dimana negara-negara manapun sedang bersaing dalam hidup. 
Oleh karena itu Indonesia harus siap dan waspada dalam menghadapi kemungkinan munculnya proxy war, perang konvensional, insurgency, perang terbuka lainnya. Kawasan Laut China Selatan penulis perkirakan akan menjadi wilayah konflik terpanas di masa depan dalam konteks perebutan wilayah, sumber daya alam serta penguasaan jalur laut oleh China. Saat itulah Indonesia harus memosisikan diri tanpa terlibat dalam perseteruan antara China dan AS beserta sekutu-sekutunya. Oleh karena itu Indonesia harus kuat, tegar dengan memiliki alutsista yang mumpuni maka Indonesia bukan negara kecil yang bisa diatur-atur, dikendalikan dan disepelekan. Disinilah dibutuhkan kesadaran para pemimpin bangsa besar ini. Jangan kita hanya meributkan kepentingan kelompok atau perorangan (eker-ekeran yang tidak mutu). Kepentingan nasional Indonesia harus abadi dan dijaga. Waspada, ada kaukus di Malaysia yang mulai menyatakan bahwa Sumatera adalah bagian negara Malaysia. Lantas kalau Indonesia lemah apakah nasib Sumatera bisa akan seperti Sipadan dan Linggitan? Mari kita bangkit dan mikir. 

Penulis : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, Analis Intelijen, www.ramalanintelijen.net

Menteri Pertahanan soal Rusia dan Amerika Serikat

 
menhan
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menegaskan, kebijakan Indonesia menjalin kerjasama pertahanan dengan Amerika Serikat dan Rusia didasari sikap menjaga perdamaian di dunia. Kedua negara adidaya di bidang pertahanan itupun menyambut baik kerjasama pertahanan dengan Indonesia.
“Tidak ada itu melakukan perimbangan kekuatan. Kita datang melakukan kerjasama dengan Amerika Serikat, kemudian dengan Rusia. Keduanya menyambut baik kerjasama pertahanan dengan Indonesia,” kata Ryamizard Riyacudu dalam silahturahmi dengan wartawan media massa di Aula Kemenhan, Jakarta, Selasa (26/5).
Menhan menambahkan, dirinya telah membahas soal keamanan dunia dengan Menhan Amerika dan Rusia. Semua gagasan yang disampaikan disambut baik.
“Tinggal dengan RRC kita akan bertemu, nanti setelah bulan puasa,” terangnya.
Menurut Ryamizard ada dua ancaman di bidang pertahanan yang mesti disikapi. Pertama, ancaman perang besar, meski kemungkinan itu kecil terjadi. Apalagi di ASEAN sudah ada kesepakatan jika terjadi masalah diantara bangsa-bangsa di Asia Tenggara, persoalan itu diselesaikan melalui dialog. Demikian pula hubungan yang sudah terjalin baik dengan Australia.
“Tapi, kalau kemerdekaan 17 Agustus 1945 terganggu, kita akan perang mempertahankan negara bukan untuk melakukan agresi,” paparnya.
Kedua, adalah ancaman nyata dalam bentuk gangguan teroris, bencana alam, pencurian sumberdaya alam di laut, separatisme ataupun pemberontakan.
“Karena itu, bangsa ini harus bersatu, karena akan pecah kalau tidak dijaga,” imbuhnya.
Menhan juga mengungkapkan sejumlah ancaman lainnya, meliputi penyakit Ebola yang telah merengut banyak jiwa penduduk, perang cyber dan penyebaran Narkoba. Soal Narkoba, kata Ryamizard, data mengungkapkan 50 orang mati setiap hari atau 18 ribu jiwa mati sia-sia. Makanya para pengedar Narkoba itu pantas dihukum mati.
“Mereka itu penjahat, masa mau dibela. Kalau karena gara-gara menghukum mati pengedar narkoba terus hubungan negara menjadi tegang dan perang, itu menyengsarakan rakyat. Makanya, saya sebagai Menhan hubungi Menhan negara-negara yang warganya di hukum mati di Indonesia, kita biasa-biasa saja dan situasi membaik lagi,” bebernya.
Dia juga menegaskan, kesan dirinya digambarkan tentara garis keras yang hanya berkonotasi menyelesaikan masalah dengan perang tidak benar. “Kalau sebagai tentara bisa perang iyalah. Kalau tentara nggak bisa perang, Hansip namanya. Tapi sekarang, saya tunjukkan untuk menjaga perdamaian dengan sikap-sikap diplomasi,” pungkas bekas Kepala Staf TNI-AD dan Panglima TNI itu.

RMOL.co

DPR kembali wacanakan UU Wajib Militer

DPR kembali wacanakan UU Wajib Militer
Lukman Edy (ANTARANews/Zul Sikumbang)
 
Ketua Fraksi PKB DPR RI Lukman Edy yang juga di MPR menyatakan akan kembali mewacanakan Undang-Undang Wajib Militer.

"UU Wajib Militer ini sangat dibutuhkan oleh bangsa kita sekarang di tengah kerawanan akan konflik horizontal akibat berbagai macam perbedaan. Kalau tidak dikelola dari sekarang generasi muda akan putus dengan kesejarahannya dan memiliki paham sendiri," katanya di Pekanbaru, Rabu.

Menurut dia, paham yang lepas dari kesejarahan para pendiri bangsa akan merusak tatanan negara. Oleh karena itu, wajib militer bisa menjadi suatu jembatan.

UU ini, lanjut dia, sebenarnya sudah pernah diwacanakan pada DPR periode lalu. Namun tidak direspon karena masih adanya ketakutan akan militerisasi.

"Wajib Militer sudah sempat disinggung dalam pasal di UU Ketahanan Negara. Saat ini pilihannya bisa dititipkan ke UU Ketahanan Negara atau buat UU sendiri," ujarnya.

Dia mengatakan wajib militer tidak akan seperti negara lain.

"Wajib militer bisa melalui mahasiswa dulu. Daripada ospek berbulan-bulan yang tidak jelas manfaatnya. Lebih baik dua sampai tiga bulan diberi pendidikan kewarganegaan yang ketat tentang kedisiplinan dan kebangsaan," ungkap legislator asal Riau ini.

Terkait anggaran, dia mengatakan bisa memakai dana pendidikan. Anggaran bidang ini diyakini cukup karena jumlahnya yang besar.
 

Disandera, Dua Anggota TNI di Papua Berhasil Lolos

Disandera, Dua Anggota TNI di Papua Berhasil Lolos
2 Anggota TNI lolos dari sandera OPM (Antara/ Zabur Karuru)

Dua anggota TNI yang sempat disandera kelompok bersenjata di Kabupaten Paniai, Papua, akhirnya berhasil meloloskan diri. Dua anggota yang disandera adalah Serda Lery, Anggota Koramil Komopa dan Prada Sholeh, Anggota Kostrad 303/Raider.

Sebelumnya dikabarkan, Serda Lery dan Prada Sholeh disandera oleh kelompok bersenjata di Distrik Komopa yang berjarak sekitar 70 km dari Paniai pada Rabu dini hari tadi. Dua anggota TNI itu disandera bersama seorang guru, yakni Elda Sanadi.

"Betul ada 2 anggota TNI nyaris disandera oleh kelompok bersenjata, diduga OPM wilayah Paniai," kata Kapendam XVII Cenderawasih Letkol Inf Teguh Puji Raharjo saat dikonfirmasi VIVA.co.id, Rabu, 27 Mei 2015.
Menurut Teguh Puji, upaya penyanderaan yang dilakukan kelompok bersenjata itu gagal setelah dua anggota TNI loncat dari speedboat dan meloloskan diri.
"Dengan cara meloncat ke sungai dan bersembunyi di rawa-rawa," ujarnya.

Setelah lama bersembunyi di rawa-rawa untuk menghindari kejaran kelompok bersenjata, dua anggota TNI itu akhirnya ditemukan tim dari TNI sekitar 09.30 WIT di Kampung Darauto, Paniai Timur.

Selasa, 26 Mei 2015

Galil Galatz Sniper: Senapan Penembak Runduk Taipur Kostrad TNI AD

IMAG1394
Senapan penembak runduk (sniper) yang satu ini memang unik, karena debutnya lebih populer karena negara asal pembuatnya ketimbang ke soal kinerja. Inilah Galil Galatz, senapan andalan sniper Kitaipur (Kompi Intai Tempur) Kostrad TNI AD, yang buatan Israeli Weapon Industries (d/h IMI – Israeli Military Industries). Di dasari kenyataan Indonesia tak punya hubungan diplomatik dan perdagangan dengan Israel, maka eksistensi beberapa alutsista yang terkait Israel kerap ‘ramai’ jadi gunjingan.
Lepas dari soal politik, nyatanya beberapa senjata asal Israel lumayan eksis digunakan satuan elit TNI. Selain SMG (Sub Machine Gun) UZI dan UAV Heron, Galil atau yang yang lebih populer dengan sebutan Galatz adalah yang cukup menjadi sorotan. Selan Kostrad, situs Wikipedia menyenut Galatz juga telah digunakan Kopaska (Komando Pasukan Katak) TNI AL dan Kopassus (Komando Pasukan Khusus) TNI AD. Diluncurkan pada tahun 1983, senapan ini dikembangkan dari senapan serbu Galil dengan memgadopsi peluru berkaliber 7,62 x 51 mm NATO.
galilef95276191_201303300414541_photo_44e944a2121dc226bfc
Ada dua varian Galatz yang dipakai militer Israel untuk operasional Galatz, yakni varian yang menggunakan kaliber 7,62 x 51 mm dan peluru kaliber 5,56 x 45 mm. Sistem kerja senjata ini mengandalkan gas operated yang mirip digunakan pada senapan serbu AK-47. Sementara pola tembakan hanya bisa melayani single fire. Untuk dukungan amunisi, magasin Galatz berisi 20 peluru. Desain magasin mencomot dari US Stoner-63 Light Machine Gun. Umumnya, Galatz menggunakan teropong bidik Nimrod 6×40 yang punya pembesaran 6x.
2355651_TaipurSniper
Sebagai senapan penembak jitu, Galatz diengkapi hardpoint standar untuk dudukan pembidik optik atau night vision sights. Teropong bidik dilengkapi dengan 3x pembesaran. Dengan penglihatan dioptrical, teropong bidik dari senapan serbu M62 dari Finlandia, maka rentang bidik dapat di set untuk menyasar target sejauh 100 meter, 300 meter, sampai 500 meter.
galilsniper_1050f62ff9b18689b86bdb334ead7
Hal lain yang cukup khas adalah desain popor kayu yang dapat dilipat, mirip SS-1 Pindad. Ini menandakan Galatz di dapuk untuk pasukan payung. Untuk pegangan pistol terbuat dari bahan plastik yang dilapisi karet untuk memastikan operator mantab ketika menggenggam. Elemen kayu tak hanya ada di popor, foregrip juga terbuat dari kayu berikut “Harris bipod” yang bisa diperankan untuk memotong kawat berduri. Guna mendukung misi senyap, ujung laras dilengkapi flash hider, bahkan laras Galatz juga bisa ditambahkan peredam suara tembakan.
99R, generasi penerus Galil.
99R, generasi penerus Galil.
Prajurit TNI dengan Galil 99R.
Prajurit TNI menjajal Galil 99R.
Situs enemyforces.net menyebut, Galatz punya keunggulan komparatif pada daya tahan, alias lebih bandel dari keluarga senapan serbu AK buatan Rusia. Mendukung beragam adopsi alat bidik, punya kompabilitas dengan magasin senapan serbu AS dan NATO. Nah, bicara tentang kekurangan, Galatz dipandang punya low power untuk kelas senapan runduk. Banyak yang menyebut, Galatz lebih cocok sebagai tactical support weapon ketimbang senjata untuk sniper. Beberapa literatur malah meyakini bahwa Galatz kalah ampuh dibandingkan Dragunov SVD dari Rusia dan H&K G3/SG-1 dan PSG-1 dari Jerman. Karena bukan lagi senjata baru, dan diketahui punya beberapa kelemahan, IWI pun merilis varian lanjutanya, yakni Galil 99R, yang juga pernah di coba prajurit TNI. (Bayu Pamungkas)

OPM Tantang Perang Terbuka, Ini Tanggapan Mabes TNI

Tentara Pertahanan Nasional Organisasi Papua Merdeka (OPM) Devisi II Makodam Pemkab IV Paniai. TEMPO/Jerry Omona
Tentara Pertahanan Nasional Organisasi Papua Merdeka (OPM) Devisi II Makodam Pemkab IV Paniai. TEMPO/Jerry Omona

Pimpinan Organisasi Papua Merdeka (OPM) Enden Wanimbo, menyatakan perang terbuka dengan seluruh masyarakat Indonesia yang bukan orang Papua. Hal itu merupakan bentuk penolakan dari OPM secara resmi, terhadap semua usaha dialog perdamaian yang dilakukan oleh pemerintah guna penyelesaian konflik yang berkepanjangan di tanah cendrawasih tersebut.
Namun, Mabes TNI tak mau menanggapi pernyataan perang terbuka organisasi papua merdeka (OPM) itu. Kapuspen TNI Mayor Jenderal Fuad Basya mengatakan, jika pernyataan perang terbuka ditanggapi akan menjadi besar.
“Nggak usah ditanggapi, kalau ditanggapi kita nanti jadi besar. Dulu ISIS Abu Jandal, sekarang sudah mati. Kalau ditanggapi mereka akan semakin besar, dia tidak akan berbuat apa-apa,” kata Fuad seperti dilansir merdeka.com, Senin (25/5).
Sementara itu, kata dia, pasukan TNI telah siap menghadapi ancaman apa pun. Termasuk ancaman dari OPM yang menginginkan perang terbuka.
“Kalau ancam ya coba saja, jangan ancam-ancam saja,” tegasnya.
Menurut dia, kondisi Papua telah kondusif dari permasalahan apa pun. Namun, jika OPM menyerang indonesia akan diberikan perlawanan oleh masyarakat Papua sendiri.
“Ya pastilah rakyat akan marah, sama juga di Aceh. Tidak ada separatis di Aceh,” tutupnya.

Bawa RI Juara Umum Lomba Tembak, Mayor Warto Diminta Latih Jepang

Mayor Warto (Dispenad)
Mayor Warto (Dispenad)

Mayor TNI Warto pelatih tembak TNI AD dalam perlombaan Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM) yang berhasil membawa 30 medali emas, 16 perak dan 10 perunggu. Setelah berhasil mengharumkan nama Indonesia, Warto mendapatkan tawaran untuk melatih tentara Jepang dan Malaysia.
“Ada tawaran dari Malaysia dan Jepang. Mereka ketemu langsung minta dilatih sama saya. Tapi saya cuma prajurit biasa kalau pimpinan tak mengizinkan, tak mau, karena saya pegang sumpah sapta marga,” ujar Warto di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Senin (25/5).
Dalam menyeleksi prajurit TNI untuk mengikuti perlombaan itu, Warto meminta anak didiknya harus mempunyai kedisplinan dan mental yang kuat. Bahkan ia harus juga mengetahui psikis masing-masing prajurit TNI.
“Saya harus masuk ke dalam jiwa mereka secara psikologis, tidak bsa saya suruh mereka masuk psikologis saya, itu salah besar karena karakter orang berbeda-beda antara si A dan si B punya tabiat berbeda,” ujarnya.
Dia mengatakan, saat latihan tak mempunyai waktu untuk istirahat. Sebab, dia tak mempunyai waktu lama untuk mengikuti pelaksanaan perlombaan itu.
“Persiapan relatif pendek, hari Sabtu dan hari besar tak pernah libur karena misi kami membawa nama angkatan darat dan nama bangsa kita pertaruhkan negara maju,” katanya.
Meski Indonesia dikenal negara tak maju, Warto meminta anak didiknya untuk tak pantang menyerah. Karena sejak tahun 2008 sudah memenangi tiga kali berturut-turut.
“Ya itu lah kita orangnya kecil kemampuan lebih besar dari mereka itu yang membanggakan kita, merah putih yang harus kita angkat, mungkin mereka menganggap kita tidak punya apa-apa Indonesia kecil di mata mereka,” tambahnya.
Lanjut dia, kejuaraan yang berlangsung sejak 20-23 Mei di Puckapunyal, Victoria, Australia ini diikuti 17 tim dari 15 negara memperebutkan 50 medali emas. Hasilnya, kontingen Indonesia berhasil menyabet 30 medali emas, 16 perak dan 10 perunggu.
Dia juga mengharapkan prajurit TNI bisa meraih juara umum pada tahun depan. Serta ia mempunyai keinginan untuk memajukan industri senjata buatan PT Pindad lantaran masih adanya kekurangan dalam perlombaan itu.
“Saya ingin majukan senjata buatan Pindad yang harus diperbaiki, karena kemarin sniper hitungan jarak hitungan angin 200 knot susah diperhitungkan. Uji coba di Sukabumi tidak tepat atau masih kurang latihan. Sementara tingkat kesulitan masih relatif, dinamika bisa kita temukan karena tidak boleh menyerah,” tukasnya.(Merdeka)